Saturday, 8 December 2012

Seperti Pelangi


Jodoh itu merupakan suatu anugerah yang Tuhan berikan kepada umatnya. setiap makhluk hidup pasti memiliki jodohnya masing-masing, begitu pula manusia. Orang yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik dan sebaliknya orang yang tidak baik akan mendapatkan jodoh yang tidak baik pula. Tapi yang jadi pertanyaan setiap orang adalah kapan jodoh itu datang? jodoh datang ketika orang tersebut mau mencari jodohnya. Jodoh memang ada di tangan Tuhan tapi kalau tidak dicari ya gak bakal dapat jodoh. selain mencari (usaha) kita juga harus menunggu, ya menunggu jodoh yang terbaik yang akan diberikan oleh Tuhan yang maha kuasa. jadi bersabarlah seperti pelangi yang setia menunggu hujan reda.




Efek Rumah Kaca - Desember
(*) 
Slalu ada.. yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitam..
Smoga ada.. yang menerangi sisi gelap.. ini
Menanti.. seperti pelangi..
Setia.. menunggu hujan.. reda

Aku.. selalu suka.. sehabis.. hujan di bulan Desember..
Di bulan Desember..

Back to (*)

(Instrumental)

Sampai nanti ketika.. hujan tak lagi
Meneteskan.. duka.. menetas luka
Sampai hujan memulihkan.. luka..

Aku.. selalu suka.. sehabis.. hujan di bulan Desember..
Di bulan Desember..
Karena aku.. selalu suka.. sehabis.. hujan di bulan Desember..
Di bulan Desember..
Seperti pelangi.. setia.. menunggu hujan.. reda


Sebuah Koin Penyok


   

      Alkisah, ada seorang lelaki yang keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

     Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok, “ gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. “Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini.
     Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya.Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

     Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik2 saja kan ? Apa yang diambil oleh perampok tadi?” Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa.. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.

Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.